MAKALAH KEBIJAKAN DAN PER-UU
KEHUTANAN
Judul Makalah : Penelitian Kebijakan
Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kebijakan
Dan Per-UU Kehutanan
Disusun
Oleh :
Rizki
Nur Apriliani
(K.13.11.0013)
FAKULTAS KEHUTANAN
UNIVERSITAS WINAYA MUKTI
2015
KATA
PENGANTAR
Assalamu’alaikum
warahmatullahi wabarakatuh
Puji
syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena berkat rahmat dan karunia-NYA
sehingga kami dapat menyusun laporan praktikum . Shalawat serta salam tidak
lupa kami sampaikan kepada nabi Muhammad S.A.W yang selalu mengajarkan kita
untuk senantiasa menuntut ilmu.
Makalah
ini berjudul “PENELITIAN
KEBIJAKAN ” makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata
kuliah Kebijakan Dan Per-UU Kehutanan .
Kami
menyadari bahwa makalah ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, kami sebagai penulis mengharapkan kritik dan saran
yang bersifat membangun dari segala pihak. Namun, besar harapan saya semoga
laporan praktikum ini berguna bagi penulis dan segala pihak yang membacanya.
Aamiin.
Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.
Tanjungsari, 17 November 2015
Penulis,
DAFTAR ISI
Hlm
KATA
PENGATAR
.........................................................................................................................
|
i
|
DAFTAR ISI
.......................................................................................................................
|
ii
|
Bab I Pendahuluan
|
1
|
1.1. Latar
Belakang .......................................................................................................
1.2. Tujuan..................
..................................................................................................
|
1
1
|
Bab II Pembahasan
|
2
|
2.1 Pengertian
Penelitian Kebijakan
............................................................................
2.2 Tujuan Dan
Kegunaan .............................................................................................
2.3
Karakteristik Penelitian Kebijakan
..........................................................................
2.4 Metode Penelitian Kebijakan ..................................................................................
2.5 Out Line Naskah Penelitian Kebijakan
...................................................................
|
2
3
3
6
11
|
Bab III Penutup
|
16
|
3.1.
kesimpulan
............................................................................................................
|
16
|
3.2. Saran ......................................................................................................................
DAFTAR
PUSTAKA
|
16
|
BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Seiring
dengan perkembangan zaman, tatanan kehidupan manusia pun melaju dengan dinamis.
Tatanan kehidupan modern (modern life order) memungkinkan munculnya berbagai
konsep penelitian yang bersinergi dengan berbagai gejala kehidupan modern
tersebut dengan serasi.
Berbagai
fenomena kebijakan yang diterapkan oleh para pengambil kebijakan (policy maker)
telah memungkinkan bersandingnya konsep penelitian dan kebijakan itu dalam
suasana yang harmonis. Kerja penelitian yang dilakukan hanya untuk tujuan
pengembangan ilmu di ruangan kosong adalah sia-sia, terutama penelitian terapan
yang berajangkan prilaku kehidupan, terutama pada prilaku manusia dengan segala
efeknya. Dinamika pembangunan dan teknologi telah menimbulkan dua sisi yang
berlawanan; positif dan negatif. Hal ini berdampak luas terhadap pola prilaku
pembuat dan pelaksana kebijakan, terutama dalam tatanan gejala sosial yang
muncul ke permukaan.
Namun
tidak dapat dipungkiri bahwa para peneliti gejala sosial ini sering dianggap
sebagai pengganggu atau perusak citra oleh pembuat kebijakan, mereka hanya
mampu menyalahkan kebijakan pemerintah tanpa menawarkan alternatif solusi. Dewasa ini, penelitian dan kebijakan
telah menjelma sebagai field of study yang disebut dengan Penelitian Kebijakan.
Proses kerjanya merujuk pada proses kerja penelitian pada umumnya.
1.2 Tujuan
Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :
A. Memahami
Pengertian Penelitian Kebijakan
B. Memahani
Urgensi Dan Fokus Penelitian Kebijakan
C. Memahami
Karakteristik Penelitian Kebijakan.
D. Memahami
Metode Penelitian Kebijakan.
E. Memahami Naskah Kebijakan (Police
Paper).
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Penelitian Kebijakan
Penelitian
kebijakan merupakan salah satu dari jenis penelitian deskriptif. Suharsimi
Arikunto dalam bukunya Manajemen Penelitian memberikan batasan pengertian
tentang penelitian deskriptif, yaitu Penelitian deskriptif tidak dimaksudkan
untuk menguji hipotesis tertentu, tetapi hanya menggambarkan “apa adanya”
tentang sesuatu variable, gejala atau keadaan. Memang ada kalanya dalam penelitian
ingin juga membuktikan dugaan tetapi tidak terlalu lazim. Yang umum adalah
bahwa penelitian deskriptif tidak dimaksudkan untuk menguji hipotesis.
Sebelum kita membahas tentang pengertian penelitian kebijakan, perlu kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan kebijakan. Makna kebijakan yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.
Sebelum kita membahas tentang pengertian penelitian kebijakan, perlu kita pahami dulu apa yang dimaksud dengan kebijakan. Makna kebijakan yang dimaksud dalam pembahasan ini yaitu suatu ketetapan yang memuat prinsip-prinsip untuk mengarahkan cara-cara bertindak yang dibuat secara terencana dan konsisten dalam mencapai tujuan tertentu.
Sedangkan definisi penelitian
kebijakan adalah penelitian kebijakan dapat didefinisikan sebagai kegiatan
penelitian yang dilakukan untuk mendukung kebijakan. Ada juga yang berpendapat
bahwa penelitian kebijakan adalah usaha
mengumpulkan informasi secara komprehensif untuk merumuskan kebijakan.
Sedangkan definisi penelitian
kebijakan adalah penelitian kebijakan
dapat didefinisikan sebagai kegiatan penelitian yang dilakukan untuk mendukung
kebijakan. Ada juga yang berpendapat bahwa penelitian kebijakan adalah usaha
mengumpulkan informasi secara komprehensif untuk merumuskan kebijakan.
Policy Research (penelitian kebijakan) dimulai karena
adanya masalah, dan masalah ini pada umumnya dimiliki oleh para
administrator/manajer atau para pengambil keputusan pada suatu organisasi. Majchrzak (1984) (dalam Sugiyono 2004:8)
mendefinisikan policy research adalah suatu proses penelitian yang
dilakukan pada, atau analisis terhadap masalah-masalah sosial yang mendasar,
sehingga temuannya dapat direkomendasikan kepada pembuat keputusan untuk
bertindak secara praktis dalam menyelesaikan masalah. Policy research ini
sangat relevan bagi perencana dan perencanaan.
2.2 Tujuan
Dan Kegunaan
A.Tujuan
Penelitian kebijakan (policy
research) secara spesifik ditujukan untuk membantu pembuat kebijakan (policymaker)
dalam menyusun rencana kebijakan, dengan jalan memberikan pendapat atau
informasi yang mereka perlukan untuk memecahkan masalah yang kita hadapi
sehari-hari. Dengan demikian, penelitian kebijakan merupakan rangkaian
aktifitas yang diawali dengan persiapan peneliti untuk mengadakan penelitian
atau kajian, pelaksanaan penelitian, dan diakhiri dengan penyusunan
rekomendasi.
Tujuan
dari metode police research ini adalah menghasilkan rekomendasi kebijakan yang
akan dijadikan landasan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan.
Kebijakan dilakukan sejak perencanaan hingga evaluasi pelaksanaan.
Selain itu
penelitian kebijakan juga dipersepsikan sebagai:
·
Basic
social research;
yakni penelitian kebijakan harus dilaksanakan secara sesuai prosedur kerja
ilmiah.
·
Technical
social researh;
yakni bahwa penelitian kebijakan harus mampu merumuskan kebijakan-kebijakan
strategis yang dapat dikembangkan instrumen-instrumen teknisnya.
·
Policy research harus
menghasilkan kebijakan publik.
·
Komprehensif yakni penelitian
kebijakan harus menjangkau seluruh variabel yang terkait dan relevan dengan
persoalan yang sedang dikaji untuk dirumuskan kebijakan penyelesaiannya.
B. Kegunaan
Kegunaannya
yaitu untuk menghasilkan prediktor atau deskriptor mengenai kondisi-kondisi
atau kebutuhan pembuatan kebijakan serta menghasilkan dan memvalidasikan
tindakan untuk memenuhi kebutuhan.
2.3 Karakteristik
Penelitan Kebijakan
Usaha
penelitian kebijakan dapat saja bervariasi dan dilakukan dengan banyak cara,
banyak disiplin ilmu dan banyak alat atau bahan yang diperlukan. Namun
demikian penelitian kebijakan punya karakteristik khusus, terutama pada proses
kerjanya. Untuk hal-hal spesifik, proses kerja penelitian kebijakan berbeda
dengan penelitian lainnya.
Adapun
karakteristik utama penelitian kebijakan menurut Ann Majchrzak (1984) adalah
sebagai berikut :
1. Multidimensi Fokus Penelitian
Kebijakan
Fokus
Penelitian Kebijakan Bersifat Banyak Dimensi (Multidimensi focuses), yang dalam
terminology peneliotian tradisional sering disebut pendekatan antar lintas bidang.
Kebijakan public secara tipikal dimaksud untuk memecahkan masalah- masalah
social yang kompleks yang munculnya disebabkan banyak dimensi factor, efek dan
peristiwa. Sebagai contoh mobilitas pembangunan sekolah dasar inpres tidak
dapat di pelajari dari satu sisi saja misalnya, dari sisi calon siswa mobilitas
ini harus dikaji dari banyak focus, seperti :
a.
Calon siswa dan penyebarannya
b.
Sarana transportasi
c.
Keamanan, Kesehatan dan kenyamaan (dilihat dari segi site, bahaya becana alam,
pencemaran, dll.)
d.
Jumlah kebutuhan guru dan persyaratannya.
e.
Sarana pendukung lain seperti sarana kesehatan dan olahraga serta sarana ibadah
f. Tempat hunian guru dari luar daerah
Fokus multidimensional ini sangat bermanfaat bagi pengkajian
terhadap masalah yang kompleks. Artinya, masalah-masalah sosial yang kompleks
itu dipersepsi dari banyak sisi.
2.
Pendekatan Empiris Induktif Dalam Penelitian Kebijakan
Penelitian kebijakan menggunakan pendekatan Empiris
Induktif (empirico inductive approach), karena itu penelitian ini diawali
dengan pemahaman terhadap masalah- masalah sosial dan usaha-usaha empiris untuk
menyusun konsep dari teori-teori kausal sebagaai kajian dari perkembangan
masalah-masalah sosial. Alasan induktif adalah cara berfikir untuk member alasan
yang dimulai dengan pernyataan-pernyataan efektif yang spesifik untuyk menyusun
suatu argumentasi yang bersifat umum. Alasan secara induktif banyak digunakan untuk
menjajaki aturan-aturan alamiah dari suatu fenomena misalnya dari pengamatan
bahwa ikan ada mulut, kodok ada mulut, kudaa ada mulut, burung ada mulut maka ditarik
kesimpulan binatang ada mulut.
3.
Berfokus pada variabel-variabel Lunak
Penelitian Kebijakan berfokus pada
variabel-variabel lunak (mall-eable variables). Untuk mewujutkan penelitian
kebijakan yang benar-benar menghasilkan orientasi tindakan dan
rekomendasi-rekomendasi yang dapat implementasikan, penelitian harus terfokus
pada aspek-aspek masalah social yang terbuka untuk mempengaruhi dan
menginterprensi. Variabel-variabel yang terbuka untuk mempengaruhi dan
menginterfrensi disebut variabel lunak. Tidak ada cara yang pasti untuk
menentukan apakah sebuah variabel tentu bersifat lunak atau tidak. Cara yang
paling mungkin adalah dengan Tendensi focus primernya . contohnya penelitian
kebijakan tentang mobilitas pembangunan pemukiman mempunyai tendensi focus
primer kepindahan segera atau alasan-alasan mengapa keluarga memutuskn untuk
pindah. Penelitian kebijakan yang
berfokus pada variabel-variabel lunak
4. Berorientasi kepada Pemakai Hasil
Studi
Cirri
keempat penelitian kebijakan adalah bahwa penelitian ini responsive terhadap
kebutuhan pemakai hasil studi. Penelitian kebijakan dimaksudkan untuk merespon
kebutuhan calon pemakai hasil studi Karakteristik kritis penelitian kebijakan
adalah mengidentifikasi dan mengenal calon pemakai hasil studi (study user),
hal ini merupakan fase tersendiri dalam keseluruhan proses kerja penelitian
kebijakan. Pemakai hasil studi kebijakan banyak dan bervariasi, bisa dalam
bentuk individu/kelompok dan bisa juga dalam bentuk lembaga/organisasi. Oleh
karena itu, beberaapa hal yang harus di identifikasi atau dikenal oleh peneliti
kebijakan berkenaan dengan study user adalah :
a. Status lembaga pemakai
b. Peran yang ditampilkan oleh lembaga
pemakai
c. Harapan-harapan lembaga pemakai
mengenai hasil akhir studi (biasanya diketahui melalui diskusi awal untuk merumuskan
masalah penelitian.
d. Karektiristik individu/kelompok
pemakai
e. Kepribadian dan asumsi-asumsi
individu/kelompok pemakai
f. Disposisikebutuhan individu/kelompok
pemakai
5.
Mensyaratkan Kerja Sama
Karakteristik terakhir penelitian kebijakan adalah
bahwa peneliti kebijakan mensyaratkan kerjasama. Penelitian kebijakn merupakan
proses yang sarat nilai (vlue-laden process), dimana para pembuat kebijakan
banyak terlibat didalam usaha- usaha tertentu sering menimbulkan konflik tata
nilai. Nilai-nilai pengguna hasil studi akan merambah ke dalam rangkaian kerja
penelitian kebijakan, seperti pada proses-proses :
a.
Perumusan masalah yang akan diselidiki
b.
Perumusan pertanyaan-pertanyaan penelitian
c.
Pengkajian terhadap data yang terhimpun
d.
Pengembangan atau pembuatan rekomendasi
e.
Penyebaran hasil rekomendasi studi kepada pemakai ataupun pesaing (khusus untuk
penelitian kebijakan yang mempunyai efek luaas, termasuk efek bisnis)
Keterlibatan
pemakai hasil studi kebijakan dalam rangkaian proses penelitian kebijakan umumnya
mempunyai dua nilai secara bersamaan : nilai negative dan nilai positif. Maka
dari itu peneliti kebijakan harus menfilter sedemikian rupa masuknya nilai
negative sebisa mungkin dan mengakomodasikan nilai-nilai positif seoptimal mungkin.
Perlu diusahakan agar kedua nilai itu menjadi nilai normatif. Dari uraian
diatas, secara spesifik dapat dikemukakan bahwa penelitian kebijakan mempunyai
karakterstik khusus, yaitu
a. Hanya mencakup variabel-variabel
kecil atau memilah-milah variabel yang luas menjadi beberapa subvariabel
b. Focus penelitian secara exlusive
lebih menonjolkan masa kini daripada masa lalu atau kecenderungan masa depan
c. Gagas mewwas secara eksplisit
peranan nilai-nilai, terutama nilai-niali ilmiah
d. Kedudukan peneliti berada di bawah
banyang-bnayang pengguna hasil studi
2.4 Metode Penelitian Kebijakan
Pada dasarnya penelitian kebijakan merupakan penawaran
kompromi, terutama antara peneliti dengan klien atau stakeholder. Menurut
Coleman sebagaimana yang dikutip Sudarwan Danim dalam bukunya Pengantar Studi
Penelitian Kebijakan bahwa dikarenakan penelitian kebijakan beroperasi pada
batas metodologi penelitian pada umumnya (terutama penelitian ilmu-ilmu
sosial), maka tidak ada metodologi tunggal, metodologi yang komprehensif untuk
melaksanakan analisis teknikal dari penelitian kebijakan.
Masih
bersumber dari buku yang sama, Sudarwan Danim menyatakan bahwa ada beberapa
metode penelitian kebijakan, yaitu:
1.Sintesis
terfokus
2. Analisis data sekunder
3. Eksperimen lapangan
4. Metode kualitatif
5. Metode Survai.
6. Penelitian kasus
7. Analisis biaya-keuntungan
8. Analisis keefektifan biaya
9. Analisis kombinasi
10. Penelitian tindakan
3. Eksperimen lapangan
4. Metode kualitatif
5. Metode Survai.
6. Penelitian kasus
7. Analisis biaya-keuntungan
8. Analisis keefektifan biaya
9. Analisis kombinasi
10. Penelitian tindakan
1. Metode Sintesis Terfokus
Salah satu contoh dari metode sintesis terfokus adalah Studi Lembaga Pembangunan Internasional (Agency for International Development = AID) atau study for AID, yaitu suatu studi tentang masalah penyediaan air di pedesaan di Negara-negara berkembang. Usaha penelitian kebijakan ini menurut Burton (seorang peneliti dari Inggris), sebagaimana yang dikutip oleh Sudarwan Danim dalam bukunya Pengantar Studi Penelitian Kebijakan, dilakukan dengan cara:
a. Mengkaji sumber-sumber pustaka mutakhir yang tersedia dan relevan dengan masalah atau fokus penelitian.
b. Menuangkan pengalamannya di lapangan selama lima tahun terakhir di Afrika dan Amerika Latin.
c. Mengadakan diskusi-diskusi dengan individu-individu di Ross Institute, International Reference Centre for Community Water Supply di Hague, Organisasi Keehatan Dunia (WHO) dan The British Ministry for Overseas Developmnet.
Dari kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa dalam metode sintesis terfokus mengaitkan tiga hal pokok, yaitu sumber pustaka ter-up date yang relevan, pengalaman penelitian dan hasil diskusi.
2. Metode Analisis Data Sekunder.
James H.Mc Millan memaparkan bahwa metode analisis data sekunder ialah analisis dan reanalisis database yang ada. Namun, pertanyaan kebijakan atau keputusan yang memandu reanalisis model lain dari pertanyaan penelitian tradisional dalam studi meta-analisis. Alih-alih memeriksa database untuk menentukan keadaan pengetahuan tentang ukuran pengaruh praktik pendidikan tunggal, analisis kebijakan menghasilkan model kebijakan yang berbeda dan pertanyaan-pertanyaan berdasarkan database untuk memeriksa database.
Selain itu Sudarman Danim juga menyatakan bahwa Metode analisis data sekunder sebegitu jauh dikatakan sebagai metode yang dilihat dari dimensi biaya paling efisien. Tujuannya adalah untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian kebijakan. Tidak terdapat ketentuan pasti mengenai pada jenjang mana data tersebut dikatakan sebagai data sekunder. Untuk memudahkan pemahaman mengenai perbedaan antara data primer dengan data sekunder dapat dijelaskan, bahwa setiap data yang bukan diperoleh dari sumber utamanya disebut dengan data sekunder.
Dari dua kutipan di atas dapat disimpulkan bahwa metode analisis data sekunder hanya mungkin dilakukan jika data dasar yang diinginkan diperoleh secara mencukupi. Apabila tidak mencukupi maka perlu membangun data dasar baru (new database) yang diseleksi dari kombinasi data dasar yang berbeda. Jika data dasar tidak tersedia, peneliti harus memakai metode lain.
3. Metode Eksperimen Lapangan
Metode Eksperimen Lapangan yaitu metode yang bertujuan untuk menyelidiki kemungkinan hubungan sebab akibat dengan cara pengeksposan satu atau lebih kelompok eksperimental dan satu atau lebih kondisi perlakuan dan membandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
4. Metode Kualitatif
Beberapa bentuk metode kualitatif yang digunakan untuk mencari data primer dalam penelitian ini antara lain wawancara, observasi dan kelompok terfokus. Kelompok terfokus ialah salah satu jenis teknik yang dapat dipakai, dimana individu dicari secara terseleksi dalam kelompok dan diarahkan kepada diskusi yang terfokuskan pada topik pra spesifik. Kelompok semacam ini sangat baik untuk membangun isu dan menjejaki faktor-faktor potensial sebagai penyebab suatu peristiwa.
Aplikasi metode kualitatif dalam penelitian kebijakan dilakukan dengan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Merumuskan masalah sebagai fokus studi penelitian kebijakan.
b. Mengumpulkan data lapangan.
c. Menganalisis data.
d. Merumuskan hasil studi.
e. Menyusun rekomendaasi untuk pembuatan kebijakan.
5. Metode Survai
Secara umum aplikasi metode survai dalam penelitian kebijakan menempuh langkah-langkah sebagai berikut:
a. Perencanaan dan perancangan survai.
b. Memilih subject.
c. Menyusun instrument.
d. Menentukan prosedur pengumpulan data.
e. Melatih pewawancara atau pengumpul data.
f. Pengumpulan data.
g. Pengolahan dan analisis data.
h. Penyusunan laporan dan rekomendasi hasil peneltian untuk pembuatan kebijakan.
6. Penelitian Kasus
Penelitian atau studi kasus seringkali digunakan dalam metode penelitian kebijakan sebagai studi yang cepat, biaya efisien dan ada ruang yang memungkinkan untuk mendalami sebuah situasi. Beberapa langkah-langkah studi kasus dalam konteks penelitian kebijakan adalah sebagai berikut:
a. Merumuskan tujuan penelitian yang ingin dicapai.
b. Menentukan atau merancang pendekatan yang akan digunakan.
c. Mengumpulkan data yang relevan.
d. Menganalisis data.
e. Membuat laporan dan rekomendasi hasil penelitian.
7. Analisis Biaya Keuntungan
Analisis biaya keuntungan me-refer kepada set metode dimana peneliti kebijakan membandingkan biaya (cost) dengan keuntungan (benefit) yang akan diperoleh oleh masyarakat berdasarkan alternatif pilihan kebijakan.
Dalam makna yang lebih luas, analisis biaya-keuntungan untuk aplikasi sebuah kebijakan dapat dilihat dari dua sisi. Pertama, keuntungan jangka pendek dari biaya yang diinvestasikan. Kedua, keuntungan jangka panjang dari biaya yang diinvestasikan.
8. Analisis Keefektifan Biaya.
Dalam metode ini Sudarwan Danim dalam bukunya Pengantar Studi Penelitian Kebijakan menyatakan Dalam analisis keefektifan biaya, biaya moneter pilihan kebijakan dapat dihitung. Bagaimanapun keuntungan dari kebijakan dapat dituangkan dalam terminologi biaya aktualnya atau hasil yang diharapkan. Analisis semacam ini relative sangat mudah dilakukan, oleh karena yang dihitung adalah biaya yang paling fisibel, dalam arti tidak berlebihan dan tidak pula terlalu kecil.Berdasarkan kutipan di atas metode ini bertujuan untuk mempertimbangkan tuntutan pembiayaan yang menjadi dasar dalam menentukan kebijakan oleh pembuat kebijakan.
9. Analisis Kombinasi
Kombinasi analisis biaya keuntungan dengan analisis keefektifan biaya dipandang cocok bagi usaha untuk merumuskan kebijakan, mengingat pada kedua analisis tersebut dimensi biaya dinilai dari variable sejenis.
Menurut Sudarwan Danim, ada tiga jenis variable biaya, yaitu:
a. Biaya-biaya langsung, seperti untuk keperluan personalia dan fasilitas fisik.
b. Biaya-biaya tidak langsung.
c. Biaya-biaya oportunitas, seperti apa yang akan dicapai jika sumber-sumber digunakan secara berbeda.Menganalisi biaya dari sudut keefektifanya relatif mudah dilakukan, namun untuk menganalisis variasi biaya yang muncul sebagai dampak kebijakan itu tidak jarang sangat sulit. Disinilah diperlukannya peranan para peneliti dari sebuah kebijakan melalui penelitian kebijakan.
10. Penelitian Tindakan.
Pada dasarnya penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan atau pendekatan-pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah-masalah social dengan aplikasi langsung di ruangan atau pada situasi dunia kerja.
Sedangkan relevansinya dengan penelitian kebijakan adalah Bahwa penelitian tindakan (action research) mengkombinasikan dua sisi secara langsung, yaitu sisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan sisi kebijakan atau tindakan yang dilakukan oleh klien atau pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu berupa ketrampilan prakits dan pendekatan baru yang relevan bagi perbaikan atau pengembangan tatanan sosial. Sebagai salah satu metode dalam penelitian kebijakan, penelitian tindakan harus diakhiri dengan rekomendasi yang aplikatif bagi pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah sosial.
Pada dasarnya penelitian tindakan bertujuan untuk mengembangkan keterampilan-keterampilan atau pendekatan-pendekatan baru dan untuk memecahkan masalah-masalah social dengan aplikasi langsung di ruangan atau pada situasi dunia kerja.
Sedangkan relevansinya dengan penelitian kebijakan adalah Bahwa penelitian tindakan (action research) mengkombinasikan dua sisi secara langsung, yaitu sisi penelitian yang dilakukan oleh peneliti dan sisi kebijakan atau tindakan yang dilakukan oleh klien atau pembuat kebijakan untuk mencapai tujuan tertentu berupa ketrampilan prakits dan pendekatan baru yang relevan bagi perbaikan atau pengembangan tatanan sosial. Sebagai salah satu metode dalam penelitian kebijakan, penelitian tindakan harus diakhiri dengan rekomendasi yang aplikatif bagi pembuat kebijakan untuk memecahkan masalah sosial.
2.5 Out Line Naskah Penelitian Kebijakan
Outline
Naskah Kebijakan Berisi:
o
Apa tujuan paper
o
Apa yang ingin dicapai
o
penulisan Siapa target utama
o
siapa target kedua
o
pengaruh pada target utama
Ada tiga jenis naskah kebijakan, yaitu: penelitian kebijakan
(policy study), ringkasan kebijakan (policy brief) dan memo
kebijakan (policy memo).
Secara struktural naskah kebijakan ini memiliki
elemen-elemen naskah (out line) yang sama, yaitu:
1.
Judul.
2.
Daftar
Isi
3.
Abstrak
atau Executive Summary.
4.
Pendahuluan.
5.
Deskripsi
Masalah.
6.
Pilihan-pilihan
Kebijakan.
7.
Kesimpulan
dan Rekomendasi.
8.
Catatan
Akhir.
9.
Apendik/Lampiran.
10. Bibliography.
Berikut ini adalah penjelasan dari
elemen-elemen tersebut:
1. Judul.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan judul ialah:
1. Judul.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam merumuskan judul ialah:
·
Bersifat
deskriptif: menjelaskan subjek dan masalah yang dibahas.
·
Jelas.
·
Ringkas dan tegas
·
Menarik pembaca
Beberapa prinsip judul adalah:
Beberapa prinsip judul adalah:
·
Sebagian besar judul tidak terdiri
dari kalimat-kalimat penuh.
·
Kata-kata kunci merupakan dasar
sebuah judul.
·
Beberapa
penulis membagi judul ke dalam dua bagian dengan menggunakan colon. Misalnya:
“Pelayanan Kesejahteraan Sosial Bagi Anak: Dari Residual ke Institusional”
·
Beberapa
penulis mengindikasikan beberapa penemuan utama dalam judul policy paper.
·
Hurup
kapital biasanya digunakan untuk keseluruhan kalimat, kecuali kata sambung
(dan), conjunction (tetapi), preposition (dari), pronoun (kita).
2. Daftar
Isi.
Daftar isi dalam sebuah policy paper membantu pembaca dalam beberapa hal:
Daftar isi dalam sebuah policy paper membantu pembaca dalam beberapa hal:
·
Daftar
isi berperan sebagai pembimbing yang membantu pembaca memahami keseluruhan
paper.
·
Daftar
isi membantu pembaca yang berminat mengetahui bagian-bagian tertentu (saja)
dari sebuah paper.
·
Sistem penomoran dalam daftar isi dapat membedakan
bagian-bagian dan sub-subnya dari suatu paper.
3. Abstrak atau Executive Summary.
Pada bahagian ini memuat:
Pada bahagian ini memuat:
·
Definisi dan deskripsi masalah
kebijakan.
·
Tujuan naskah kebijakan.
·
Evaluasi
kebijakan yang ada.
·
Alternatif-alternatif kebijakan yang
diusulkan.
·
Kesimpulan
dan rekomendasi.
4.
Pendahuluan.
Pada umumnya ada beberapa hal yang terdapat pada pendahuluan, yaitu konteks masalah kebijakan, definisi masalah kebijakan, pernyataan tujuan, metodologi dan keterbatasan studi, alur atau ringkasan isi paper.
5. Deskripsi Masalah.
Deskripsi masalah memuat dua hal penting: (a) latar belakang masalah dan (b) masalah dalam konteks kebijakan saat ini. Lebih lanjut Edi Suahrto dalam bukunya Analisis Kebijakan Publik menjabarkan bahwa deskripsi masalah dalam sebuah policy paper harus mampu:
Pada umumnya ada beberapa hal yang terdapat pada pendahuluan, yaitu konteks masalah kebijakan, definisi masalah kebijakan, pernyataan tujuan, metodologi dan keterbatasan studi, alur atau ringkasan isi paper.
5. Deskripsi Masalah.
Deskripsi masalah memuat dua hal penting: (a) latar belakang masalah dan (b) masalah dalam konteks kebijakan saat ini. Lebih lanjut Edi Suahrto dalam bukunya Analisis Kebijakan Publik menjabarkan bahwa deskripsi masalah dalam sebuah policy paper harus mampu:
·
Menjelaskan masalah yang menjadi
fokus analisis kebijakan. Bisa dimulai dengan mendiskusikan beberapa isu atau
masalah sosial yang ‘serumpum’ atau berkaitan. Kemudian menyatakan satu isu
atau masalah kebijakan yang dipilih.
·
Meyakinkan pembaca bahwa isu yang
diangkat memerlukan perhatian audien kebijakan (pemerintah, LSM atau analis
kebijakan yang lain). Karenanya, isu yang diangkat hendaknya lebih dari sekedar
asumsi, hipotesis dan apalagi gossip. Sebaiknya diback-up oleh data hasil
penelitian kita maupun penelitian orang lain (boleh juga mengemukakan informasi
dari ahli, media massa, pejabat pemerintah sebagai pendukung data).
·
Memfokuskan dan menggarisbawahi
masalah dalam konteksnya secara spesifik, termasuk didalamnya mendiskusikan
sebab-sebab dan akibat-akibat dari masalah tersebut.
·
Membangun kerangka dengan mana
pilihan-pilihan kebijakan memiliki dasar argument secara komprehensif.
6.
Pilihan-pilihan Kebijakan
Pada bahagian ini membahas:
…alternatif kebijakan (biasanya antara 5 s.d 7 opsi). Kemudian diikuti dengan alternative kebijakan yang dipilih (biasanya antara 2 s.d 3 opsi). Pilihan-pilihan kebijakan (atau alternative kebijakan yang dipilih) terdiri dari dua elemen penting: (a) kerangka analisis, dan (b) evaluasi alternatif-alternatif kebijakan.
Pada bahagian ini membahas:
…alternatif kebijakan (biasanya antara 5 s.d 7 opsi). Kemudian diikuti dengan alternative kebijakan yang dipilih (biasanya antara 2 s.d 3 opsi). Pilihan-pilihan kebijakan (atau alternative kebijakan yang dipilih) terdiri dari dua elemen penting: (a) kerangka analisis, dan (b) evaluasi alternatif-alternatif kebijakan.
7. Kesimpulan dan Rekomendasi.
Menurut Edi Suharto, ada tiga elemen penting yang harus termuat dalam kesimpulan dan rekomendasi, yaitu:
· Sintesis temuan-temuan utama (synthesis
of major findings).
· Seperangkat rekomendasi-rekomendasi
kebijakan (set of policy recommendations).
· Kalimat atau pernyataan penutup
(concluding remarks).
8. Catatan
Akhir (endnotes).
Fungsi catatan akhir ialah
Fungsi catatan akhir ialah
·
Memberikan diskusi dan penjelasan
tambahan atau definisi terhadap beberapa istilah.
·
Untuk menarik pembaca kepada
sumber-sumber yang menjelaskan latarbelakang informasi yang didiskusikan pada
teks.
9. Apendik.
Lampiran dicantumkan jika diperlukan. Jadi tidak harus ada. Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam apendik (lampiran) ialah:
· Apendik bersifat mendukung
argument-argumen utama yang dikembangkan dalam keseluruhan policy paper.
· Kriteria
umum yang digunakan dalam menentukan apa yang harus dimuat dalam apendik adalah
tipe, panjang dan rincian informasi.
· Apendik biasanya dibagi dan diidentifikasi
melalui penggunaan judul.
10.
Bibliography atau Daftar Pustaka
Daftar pustaka memungkinkan pembaca dapat mengakses sumber-sumber bacaan yang mendasari argument penulis. Daftar pustaka juga berfungsi sebagai pembeda antara naskah akademis dengan naskah non akademis. Daftar pustaka juga merupakan kewajiban insan akademis agar terhindar dari status plagiator.
Daftar pustaka memungkinkan pembaca dapat mengakses sumber-sumber bacaan yang mendasari argument penulis. Daftar pustaka juga berfungsi sebagai pembeda antara naskah akademis dengan naskah non akademis. Daftar pustaka juga merupakan kewajiban insan akademis agar terhindar dari status plagiator.
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Pembuat kebijakan duduk sebagai
aktor kebijakan karena status formalnya. Mereka sering pula disebut pembuat
keputusan formal. Termasuk di sini adalah ketua lembaga, administrator
departemen, hakim, jaksa, rektor perguruan tinggi, gubernur, bupati, pembuat
Undang-Undang seperti DPR dan lain-lain.
Pembuat keputusan formal ini bekerja
atas dasar prioritas yang mendesak, mereka bertanggung jawab atas proses
pembuatan kebijakan, pelaksanaan dan pertanggungjawabannya. Keluasan dan
kekompleksan tugas yang diemban membuat mereka tidak mungkin lagi menjadi
“penguasa tunggal” seperti diuraikan di atas. Untuk menentukan prioritas dari
sekian banyak prioritas yang mungkin sama bobotnya itu, pembuat keputusan
formal memerlukan bantuan partisipan atau aktor lain, seperti peneliti
kebijakan.
Peneliti kebijakan akan menentukan
prioritas yang harus dipilih oleh pembuat kebijakan tidak hanya dari sisi
penting atau tidak, melainkan atas dasar pertimbangan-pertimbangan, seperti
cost benefit analysis, cost effectiveness, sumber daya, dampak negatif dan
dampak positifnya.
3.2 SARAN
Dalam
melakukan penelitian syarat utama yang perlu diperhatikan adalah
mengidentifikasi masalah, baik berupa perumusan masalah maupun memberikan
spesifikasi pada pokok permasalahan yang diperoleh sehingga dengan mudah dapat
memberikan apa yang menjadi tujuan dari penelitian sehingga tercapai hasil yang
sesuai dengan prosedur metode ilmiah.
DAFTAR PUSTAKA
http://www.slideshare.net/giginkb/naskah-kebijakan-dan-advokasi-kebijakan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar